Pengaruh konsep pembelajaran SMK terhadap penerimaan tenaga kerja di industry, Minat Siswa SMK yang melajutkan ke PT, Supply dan demand antara perusahhan dan SMK, serta konsep link and macth antara SMK dan perusahaan.



Pengaruh konsep pembelajaran  SMK terhadap penerimaan tenaga kerja di industry, Minat Siswa SMK yang melajutkan ke PT, Supply dan demand antara perusahhan dan SMK, serta konsep link and macth antara SMK dan perusahaan.  
Nama dosen pengampu   : Dr. Hendra Jaya, M.T
Mata kuliah                          : Teori dan strategi pembelajaran.
Nama                                     : Mifta Zulfahmi Muassar
Institusi                                 : program pasca sarjana Universitas Negeri Makassar

Latar belakang
Penyelenggaraan pendidikan secara formal berlangsung di sekolah. Sekolah sebagai organisasi sosial diselenggarakan secara sengaja, sistematik dan terarah. Setiap unsur dalam organisasi baik manusia maupun non manusia harus agar dapat dimanajer dengan baik mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu kegiatan manajemen pendidikan sekolah melalui kegiatan penerimaan siswa baru hal ini penting bagi sekolah dalam rangkaian manajemen kesiswaan, karena kegiatan ini sangat menentukan bagi sekolah untuk memperoleh jumlah siswa baru sesuai standar, serta yaitu memiliki kemampuan awal yang cukup untuk belajar, siswa yang di terima siap untuk belajar baik secara fisik maupun mental, serta sesuai dengan daya tamping tersedia bagi setiap sekolah. Dalam realita kebijakan sekolah masih belum signifikan/ mendukung, diantaranya, pengembangan sistem penerimaan siswa baru. Peningkata
n kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan karena tidak hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan yang sangat rumit dan kompleks, baik menyangkut perencanaan peneriman siswa baru, pendanaan, maupun efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik. Tetapi selama ini aspek manajemen pendidikan khususnya manajemen siswa pada berbagai tingkat dan satuan pendidikan belum mendapat perhatian yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik. Lemahnya manajemen pendidikan juga memberikan dampak terhadap efisiensi internal pendidikan terlihat jumlah peserta didik yang masuk dalam suatu sekolah tidak sesuai dengan daya tampung yang ditetapkan sehingga banyak peserta didik yang mengulang dikelas dan putus sekolah. Sekolah sebagai satu lembaga penanggung jawab pendidikan masih perlu membenahi diri, karena sekolah belum mampu mengembangkan misi utamanya,            yaitu belum mampu meningkatkan kualitas kesiswaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifaf eksternal. Untuk itu harus dituntut memberikan pelayanan prima pada pelanggannya, dapat mengakibatkan sekolah yang bersangkutan akan mendapat kritikan dan tuntutan dari pelanggan dan berakibat buruknya citra sekolah dimata pelanggannya.
            Hal tersebut berpengaruh secara signfikan terhadap progress penungkatan kualitas siswa SMK apalagi di era yang sangat terbuka sekarang ini siswa SMK sangat dituntut untuk menjadi tenaga profesioanal dan juga ahli di berbagai bidang. Dalam kosnep pembelajan siswa SMK ada bebepa hak yang sengat tergantung tentang peningkatang kualita siswa SMK  salah satu diantaranya adalah penggunaan system pembelajaran yang harus terkonsep dengan keperluan insudtry sekarang ini, tidak hanya itu kurikulum yang di buat juga harus merujuk kepada siruasi atapun kondisi industry dimana di dunia yang serba canggh ini industry pun ikut berkembang sesuai denga kebutuhan serta perkembangan yang sangat pesat.
            Tujuan khusus, SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional menurut Depdikbud (2001) adalah : (1) penghasil tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri, (3) penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan.Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi (Wakhinuddin S).  (https://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/21/pendidikan-kejuruan/
).
Penyerapan siswa SMK di Industri.
            Namun jika kita melihat realita sekarang jumlah SMK adalah salah satu penyumbang jumalah penggruan yang terbesar, Jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2016 adalah 7,02 juta orang berkurang 430.000 orang dibandingkan posisi Februari 2015. Pengangguran terbanyak adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).  Demikian disampaikan Kepala BPS, Suryamin, dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Rabu (4/5/2016)."Pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka tertinggi pada jenjang pendidikan SMK sebesar 9,84%. Angka tersebut meningkat 0,79% dibandingkan Februari 2015," jelas Suryamin. Lewat data ini, lanjut Suryamin, bisa diartikan pada setiap 100 angkatan kerja lulusan SMK, ada sekitar 9 hingga 10 orang yang masih menganggur. "Sedangkan tingkat pengangguran terbuka terendah adalah pada pendidikan SD ke bawah dengan angka 3,44% dari jumlah angkatan kerjanya," ujar Suryamin. (http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3203625/pengangguran-terbesar-ri-adalah-lulusan-smk).
Berikut rincian tingkat pengangguran terbuka :
  • SD ke bawah 3,44%
  • SMP 5,76%
  • SMA 6,95%
  • SMK 9,84%
  • Diploma I-II dan III 7,22%
  • Universitas 6,22%
Berdasarkan data diatas menjelaskan bahwa jumlah penggrusan SMK adalah yang terbesar penyumbang angka pengguran di Indonesia, lantas apakah yang menyebabkan jumlah angka penggruran siswa SMK begitu tinggi padahal para siswa SMK telah melaksanakaa program pembelajaran yang menetik beratkan kepada 80% keahlian atuapun praktek di bandungkan teori.
1.    Model pembelajran siswa SMK
Ada beberapa teori pembelajaran yang digubakan dalam sekokah vokasi ataupun sekolah kejuruan.
Salah satunya adalah model Teori Belajar Menurut Thorndike (Teori Koneksionisme)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. (http://aristhaserenade.blogspot.co.id/2011/10/teori-belajar-dan-model-pembelajaran.html). Jika kita mengintegrasikan antara teori tersebut dengan realita yang dialami siswa SMK sekarang, maka stimulus yang dimaksud dalam teori belajar menurut Thondike (teori koneksinisme) yakni kondisi ekternal siswa SMK yang dimana pengaruh ekternal siswa mempunyai pengaruh tentang keahlian serta perilaku siswa, dalam teori tersenut juga mengemukakan bahwa bentuk palinh dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connevting learning”, menurut hal tersebut setidaknya ssiwa tang telah melakukan PKL ( prakter kerja lapangan) harus dapat mengetahui ataupun dapat meimplementasikan keahlannya di bidang industry namun nyataya sekarang prosess tersebut tida dapat membawa pengarus signifikan terhadap dunia industry dikarenakan perkembangan dunia industry yang sangat beragam tidak hanya di bidang keteknikan tapi juga di bidang Usaha kecil dan menengah.inilah yang harus diperhatiakan menurut Thorndike yakni selecting and connevting learning.


Minat siswa yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tiga kesempatan, yakni berwirausaha, bekerja dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT). Direktur SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemdikbud) Mustaghfirin Amin mengatakan, baru 10 persen lulusan SMK terserap PT, sementara 90 persen terserap dunia industri.
”Siswa SMK dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan industri. Yang terserap PT terbesar di bidang pertanian, peternakan dan kelautan,” ujar Mustaghfirin Amin kepada INDOPOS (Jawa Pos Group), Minggu (22/1). Untuk mendorong siswa SMK terserap PT, menurut Mustaghfirin, pihaknya mempertajam mata pelajaran yang diujikan pada seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri. Dengan menambah jam belajar Matematika dan Bahasa Inggris. ”Kelas XI SMK jumlah belajarnya sudah sama dengan SMA, buku pedomannya pun sama,” jelasnya. Mustaghfirin menambahkan, SMK juga mendorong prestasi dan uji kompetensi siswa. Hal tersebut disesuaikan dengan minat siswa yang akan melanjutkan ke PTN. ”Itu menjadi persyaratan masuk PTN,” ucapnya. Menurut Mustaghfirin, jumlah SMK saat ini sebanyak 13.400 SMK dengan total siswa 4,6 juta orang. Dengan perbandingan SMK Negeri (SMKN) sebanyak 3.400 dan swasta 10 ribu SMK. Setiap tahun,  pemerintah memberikan dana BOS Rp 1,4 juta per siswa.  ”Kami terus meningkatkan kualitas lulusan SMK dengan sertifikasi yang diakui Internasional. Ini agar lulusan SMK dapat menempati level menengah di industri,” ungkapnya. Mustaghfirin menyebutkan, 85 persen lulusan SMK terserap di industri pariwisata. Kendati itu, pihaknya kini tengah mendorong kompetensi SMK untuk industri kreatif, maritim, dan industri pertanian. Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri mengatakan, minimnya kualitas pendidikan di SMK disebabkan oleh faktor infrastruktur dan masih terbatasnya jumlah tenaga pendidik di bidang vokasi. ”Jumlah tenaga pendidik normatif dan adaptif lebih banyak dari jumlah tenaga pendidik di bidang vokasi (kejuruan, Red),” ujarnya.
Menurut Hanif, untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK, maka harus diberikan akses ke Balai Latihan Kerja (BLK). Hal ini untuk menunjang pelatihan dan praktek kejuruan siswa. Sebab, banyak SMK yang tidak bisa menjamin lulusannya memiliki kompetensi sesuai bidang kejuruannya.

”Jadi, jika ada waktu pelatihan di BLK yang bolong-bolong, bisa kita gunakan untuk pelatihan anak SMK,” ungkap M Hanif Dhakiri (http://www.jawapos.com/read/2017/01/23/104281/baru-10-persen-lulusan-smk-melanjutkan-kuliah)
 Jika merujuk dari data tersebut maka jumlah siswa SMK yang akan melanjutkan perguruan tinggi hanya sekitar 5 % dari jumlah lulusan SMK pertahunnya hal tersebut sangat rendah karena jumlah atapun minat siswa yang melajutkankan ke perguruan tinggi dangat rendah karena minimnya sarana dan prasaran yang disiapkan oleh siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tiggi tidak hanya itu, soal-soal ujian yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi sangat berbeda dengan  keahlian siswa SMK yang lebih banyak menggunakan Praktek ketimbang teori atapun dimana siswa SMK rendah dalam bidang analisis ketimbang siswa SMA pada umunya.

 Supply dan demand antara perusahhan dan SMK.
            Seiring dengan perkembangan dunia industry di era glabalisasi keahlian siswa SMK dituntut untuk dapat melakukan tidak hanya dari segi keahlian tatapi juga dalam biadang softskill, berkaitana dengan keinginan ataupun kebutuhan penyerapan siswa SMK terhadap dunia idustri, siswa SMK harus mempunyai bebarapa hal yang harus di perhatiakan diantaranya : kedisiplinan, etos kerja yang tinggi, dan juga tingkat kesahatan ataupun kondisi fisik yang harus fit, sehingga supply siswa SMK terhadap demnd dunia industry dapat saling terintegrasi, hal ini dapat di asumsikan bahwa tingkat kedisiplinan siswa SMK sangat kurang di bandingkan siswa SMA, hal tesebut mengartikan bawa siswa SMK tidah hanya di tuntuk untuk dapat melakasakan atapun meguasasi keahlian masing-masing. Dalam tinjauan yang lain seiring dengan bertumbuhnya suburnya berbagai jenis industry maka SMK juga harus dituntut untuk dapat mengukuti kebutuhan ataupun memperhatikan sector mana yang harus diperhatikan oleh sekolah kejuruan sector mana yang harus dibuat atapun di kembangkan sesuai dengan kebutuhan industry. Sehingg supply tenaga siswa SMK terhadap Industry dapat terintegrasi, meskipun secara subtansional keahlian siswa SMK juga dapat dipertangguung jawabkan, namun sebagai suppliyer sekolah kejuruan harus mengikuti perkembanan dunia industry sebagai demander.

 konsep link and macth antara SMK dan perusahaan.
Menurut Jurnal UPI, Dunia Usaha dan Dunia Industri cukup berperan dalam proses pembelajaran yaitu dalam rangka memberikan fasilitas bahan untuk praktek pembelajaran dan mempromosikan bahan yang mereka miliki.(http://noerzusniyaap14.blogspot.co.id/2016/04/kerjasama-dengan-dudi.html).
Dalam kaitan antara sekolah kejuruan dengan perusaahaan mempunyai hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan industry yang memnutuhkan tenaga ahli yang siap pakai dan juga terampil. Namun hal yang harus diperhatiakan tidak hanya itu saja akan tetapi juga attitude lulusan SMK yang akan disepar oleh dunia industry harus baik, hal ini terkai dengan etos kerja yang diinginkan oleh setia peruashaan atapu dunia industry yang sangat variatif. Oleh karena link dan macth antara SMK dan perusahaan harus selalu bertakaitan hal tersebut sesuai dengan Undang – undang pendidikan kejuruan dimana :  
Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Pendidikan kejuruan mempunyai arti yang bervariasi namun dapat dilihat suatu benang merahnya. Menurut Evans dalam Djojonegoro (1999) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Dengan pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan sepanjang bidang studi tersebut dipelajari lebih mendalam dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
Mengacu pada pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional  No. 20 Tahun 2003 pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian ini mengandung pesan bahwa setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan keJuruan harus berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu (Depdikbud, 1995).
Berdasarkan definisi di atas, maka sekolah menengah kejuruan sebagai sub sistim pendidikan nasional seyogyanya mengutamakan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi, dan mengembangkan dirinya dengan sukses di lapangan kerja yang cepat berubah dan berkembang. (http://ayoraihsemua.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-smk.html) .

Daftar rujukan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages