Problem based learning
By mifta zulfahmi muassar.
PENDAHULUAN
Permasalahan yang sering muncul dalam dunia
pendidikan adalah lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan kemampuan
berpikirnya untuk menyelesaikan masalah. Siswa cenderung dijejali dengan
berbagai informasi yang menuntut hapalan saja. Banyak sekali pengetahuan dan
informasi yang dimiliki siswa tetapi sulit untuk dihubungkan dengan situasi
yang mereka hadapi. Alih-alih dapat menyelesaikan masalah, pengetahuan mereka
seperti tidak relevan dengan apa yang mereka hadapi. Ketika siswa mengikuti
sebuah pendidikan tiada lain untuk menyiapkan mereka menjadi manusia yang tidak
hanya cerdas tetapi mampu menyelesaikan persoalan yang akan mereka hadapi di
kemudian hari.
Sudah sering mendengar keluhan siswa betapa
beratnya mereka mengikuti beban dari sekolah. Mereka dituntut untuk mengetahui
segala hal yang dituntut oleh kurikulum. Walaupun kapasitas intelektualnya
dapat menjangkau beban tersebut, siswa seperti telepas dari dunianya. Padahal
yang mereka hadapi harus dapat diselesaikan dengan kemampuan sendiri. Oleh
karena itu, pendidikan harus membekali mereka dengan kemampuan- kemampuan yang
dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Kemampuan
tersebut adalah kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan ini dapat dikembangkan
melalui pembelajaran dimana masalah dihadirkan di kelas dan siswa diminta untuk
menyelesaikannya dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.
Pembelajaran bukan lagi sebagai “transfer of knowledge”, tetapi
mengembangkan potensi siswa secara sadar melalui kemampuan yang lebih dinamis
dan aplikatif.
Berdasarkan hal tersebut, guru perlu merancang
pembelajaran yang mampu membangkitkan potensi siswa dalam menggunakan kemampuan
berpikirnya untuk menyelesaikan masalah. Salah satu pendekatan pembelajaran
tersebut adalah apa yang disebut “Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)” atau “Problem
Based Learning (PBL)”. Pendekatan pembelajaran ini dipusatkan kepada
masalah-masalah yang disajikan oleh guru dan siswa menyelesaikan masalah
tersebut dengan seluruh pengetahuan dan keterampilan mereka dari berbagai
sumber yang dapat diperoleh. Secara lebih lengkapnya, inilah yang akan penulis
sajikan dalam makalah ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu
kiranya merumuskan topik- topik masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya
kajian tentang Pembelajaran
Berbasis Masalah. Adapun topik masalahnya adalah
tentang : 1) konsep dasar pembelajaran berbasis masalah; 2) karakteristik
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah ; 3) langkah-langkah pembelajaran
berbasis masalah; 4) penilaian dalam pembelajaran berbasis masalah; dan 5)
kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah.
KONSEP DASAR PBM
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem
Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn (1980,
Barret, 2005) dan pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di
McMaster University Kanda pada tahun 60-an. PBM sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa PBM sangat efektif untuk sekolah
kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut
untuk memecahkannya. PBM lebih tepat dilaksanakan dibandingkan dengan
pendekatan pembelajaran tradisional. Hal ini dapat dimengerti bahwa para dokter
yang nanti bertugas pada kenyataannya selalu dihadapkan pada masalah pasiennya
sehingga harus mampu menyelesaikannya. Walaupun pertama dikembangkan dalam
pembelajaran di sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan selanjutnya
diterapkan dalan pembelajaran secara umum.
Barrow (1980, Barret, 2005) mendefinisikan PBM
sebagai “The learning that results from the process of working towards the
understanding of a resolution of a problem. The problem is encountered first in
the learning process.” Sementara Cunningham et.al.(2000, Chasman er.al.,
2003) mendefiniskan PBM sebagai
“...Problem-based learning (PBL) has been
defined as a teaching strategy that “simultaneously develops problem-solving
strategies, disciplinary knowledge, and skills by placing students in the
active role as problem-solvers confronted with a structured problem which
mirrors real-world problems".
Jadi, PBM atau PBL adalah suatu pendekatan peng
mengmbelajaran yang mengguanakan maslah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kririt dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial
dari materi kuliah atau materi pelajaran.
Landasan teori PBM adalah kolaborativisme, suatu
pandangan yang berpendapat bahwa mahasiswa akan menyusun pengetahuan degan cara
membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimlikinya dan dari semua
yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesame individu. Hal
tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dati transfer
informasi fasilitator mahasiswa ke prose konstruksi pengetahuan yang sifatnya
social dan individual. Menurut paham kosntruktivisme, manusia hanya dapat
memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri.
1
PBM memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat
dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan
yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut
bertujuan agar mahasiswa memilki pengalaman sebagaiamana anantinya mereka
hadapi di kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat penting karena
pembelajaran yang efektif dimulai dari pengalaman konkrit. Pertanyaan, pengalaman,
formulasi, serta penyususan konsep tentang pemasalahan yang mereka ciptakan
sendiri merupkan dasar untuk pembelajaran.
KARAKTERISTIK PBM
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min
Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBM, yaitu :
1. Learning is
student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih
menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL
didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2. Authenticproblemsformtheorganizingfocusforlearning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah
masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah
tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
3. New information is acquired through
self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja
siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga
siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau
informasi lainnya.
4. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar
pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM
dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas
yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
5. Teachersactasfacilitators.
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan
sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang
hendak dicapai.
LANGKAH-LANGKAH PBM
Pelaksanaan PBM memiliki ciri tersendiri
berkaitan dengan langkah pembelajarannya. Barret (2005) menjelaskan
langkah-langkah pelaksanaan PBM sebagai berikut :
2
1.
Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau
permasalahan diungkap dari pengalaman siswa)
2.
Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan
melakukan hal-hal berikut.
Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
Mendefinisikan
masalah
Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Menetapkan
hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
3.
Siswa melakukan kajian secara independen
berkaitan dengan masalah yang harus diselesaikan. Mereka dapat melakukannya
dengan cara mencari sumber di perpustakaan, database, internet, sumber personal
atau melakukan observasi
4.
Siswa kembali kepada kelompok PBM semula untuk
melakukan tukar informasi, pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam
menyelesaikan masalah.
5.
Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
6.
Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi
berkaitan dengan seluruh
kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana
pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa serta bagaiman peran masing-masing
siswa dalam kelompok.
Sementara itu Yongwu Miao et.al. membut model Protokol
PBM
yang disajikan dalam ilustrasi berikut.
Bagan 1 : PBL Protocol
1.
3
Pada dasarnya, langkah-langkah menurut Barret
(2005) dan Miao et.al. (2000) ini memiliki kesamaan.
Peran guru sebagai fasilitator sangat penting
karena berpengaruh kepada proses belajar siswa. Walaupun siswa lebih banyak
belajar sendiri tetapi guru juga memiliki peranan yang sangat penting. Peran
guru sebagai tutor adalah memantau aktivitas siswa, memfasilitasi proses
belajar dan menstimulasi siswa dengan pertanyaan. Guru harus mengetahui dengan
baik tahapan kerja siswa baika aktivitas fisik ataupun tahapan berpikir siswa.
Barret (2005) menyebutkan beberapa hal yang
harus dikuasai atau dilakukan oleh tutor agar kegiatan PBM dalap berjalan
dengan baik, yaitu :
Harus
berpenampilan meyakinkan dan antusias
Tidak
memberikan penjelasan saat siswa bekerja
Diam
saat siswa bekerja
Menyarankan
siswa untuk berbicara dengan siswa lain bukan dengan
dirinya
Meyakinkan
siswa untuk menyepakati terlebih dahulu tentang pemahaman
terhadap
permasalahan secara kelompok sebelum siswa bekerja individual
Memberikan
saran pada siswa tentang sumber informasi yang dapat diakses
berkaitan
dengan permasalahan
Selalu
mengingat hasil pembelajaran yang ingin dicapai
Mengkondisikan
lingkungan atau suasana belajar yang baik untuk kegiatan
kelompok
Menjadi
diri sendiri atau tampil sesuai dengan gaya sendiri sehingga tidak
menampilkan
sikap di luar kebiasaan dirinya
PENILAIAN PADA PBM
Penilaian
dalam PBM tentunya tidak hanya kepada hasilnya saja tetapi terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.
National Research Council (NRC) (dalam
Waters and McCracken, -) memberikan tiga prinsip berkaitan penilaian dalam PBM,
yaitu yang berkaitan dengan konten, proses pembelajaran, dan kesamaan. Lebih
jelasnaya sebagai berikut.
Konten
: penilaian harus merefleksikan apa yang sangat penting untuk
dipelajari
dan dikuasai oleh siswa
Proses
pembelajaran : penilaian harus sesuai dan diarahkan pada
proses
pembelajaran
Kesamaan
: penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa
untuk
belajar
Oleh
karena itu, menurut Waters and McCracken penilaian yang dilakukan harus dapat :
Menyajikan
situasi secara otentik
Menyajikan data secara berulang-ulang
4
Memberikan peluang pada siswa untuk dapat
mengevaluasi dan merefleksi pemahaman dan kemampuannya sendiri
Menyajikan laporan perkembangan kegiatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penilaian dalam PBM tidak hanya kepada hasil aakhir tetapi juga yang tidak
kalah pentingnya adalah penilaian proses. Penilaian ini bisa didasarkan pada
jenis penilaian otentik (autentic assessment) dimana penilaian
difokuskan terhap proses belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam proses PBM
tidak pasif tetapi harus aktif dalam memantau kegiatan siswa serta mengontrol
agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Sementar itu, untuk mengetahui
sejauhmana hasil belajar yang telah diperoleh siswa, guru pun perlu untuk
mengadakan tes secara individual. Jadi penialaian dilakukan secara kelompok
juga individual.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PBM
Dalam pelaksanaannya, PBM tentunya memiliki
kelebihan dan kelemahannya. Berikut ini adalah kelebihan dan kekuranag dari
PBM.
1.Kelebihan
PBM
Siswa
didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata
Siswa
memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar
Pembelajaran
berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubunganna tidak perlu
saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal
atau menyimpan informasi
Terjadi
aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
Siswa
terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari
perpustakaan,
internet, wawancara dan observasi
Siswa
memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri
Siswa
memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi
atau presentasi hasil pekerjaan mereka
Kesulitan
belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam
bentuk peer teaching
2.
Kekurangan PBM
PBM
tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan
aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut
kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah
Dalam
suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi
kesulitan dalam pembagian tugas
5
PBM
kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja
dalam kelompok. PBM sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling
tidak sekolah menengah
PBM
biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak
dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBM berfokus pada
masalah bukan konten materi
Membutuhkan
kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif,
artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik
Adakalanya
sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap
PENUTUP
Pendidikan
seharusnya dapat membekali siswa dengan kemampuan- kemampuan yang memungkinkan
mereka dapat mengadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya nanti.
Sementara itu, pembelajaran yang dilakukan di sekolah cenderung hanya sebagai
transfer informasi dan pengetahuan yang diberikan oleh guru sebagai faktor
dominan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL).
PBM
lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai pembelajar serta terhadap
permasalahan yang otentik dan relevan untuk dipecahkan dengan menggunakan
seluruh pengetahuan yang dimilikinya atau dari sumber-sumber lainnya. Dalam
PBM, siswa dituntut untuk mampu bekerja secara kelompok untuk mencapai hasil bersama.
Dimulai dari pendefinisian masalah, kemudian siswa melakukan diskusi untuk
menyamakan persepsi tentang permasalaha serta menetapkan tujuan dan target yang
harus dicapai. Setelah itu siswa mencari bahan-bahan dari sumber-sumber di
perpustakaan, internet, melalui personal atau observasi.
Penilaian
diarahkan tidak hanya pada hasil belajar saja baik kelompok ataupun individu,
tetapi juga kepada proses pembelajaran siswa. Oleh karena itu, peran guru dalam
PBM tidak lah pasif tetapi sangat aktif dalam memantau perkembangan belajar
siswa serta mendorong siswa agar sampai pada tujuan pembelajaran yang
diinginkan oleh guru.
Akhirnya, sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, PBM tentunya
memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi selama asumsinya dapat terpenuhi, maka
PBM sangat layak untuk diterapkan dalam rangkan menciptakan siswa- siswa yang
memiliki pola pikir yang kritis terhadap permasalahan yang dihadapinya.
-
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina (2007). Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. SPs UPI : Bandung
6
Barret, Terry (2005). Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia :
http:// [22 – 03 -2007]
Waters, R and McCracken, M.( -).Assessment and Evaluation In Problem Based Learning. Georgia Intitute of Technoloy : Georgia. [online]. Tersedia : http:// [22 – 03 -2007]
Miao, Yongwu et.al. (-).PBL-protocols: Guiding and Controlling Problem Based Learning Processes in Virtual Learning Environment. GMD : Darmstad. [online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning. University of Texas : Austin. [online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Sudarman. (2007). Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif [online], Vol 2 (2), 6 halaman. Tersedia : http:// [14-12-2007]
Waters, R and McCracken, M.( -).Assessment and Evaluation In Problem Based Learning. Georgia Intitute of Technoloy : Georgia. [online]. Tersedia : http:// [22 – 03 -2007]
Miao, Yongwu et.al. (-).PBL-protocols: Guiding and Controlling Problem Based Learning Processes in Virtual Learning Environment. GMD : Darmstad. [online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning. University of Texas : Austin. [online]. Tersedia : http:// [22-03-2007]
Sudarman. (2007). Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif [online], Vol 2 (2), 6 halaman. Tersedia : http:// [14-12-2007]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar