Perlunya teori belajar di dalam proses
pemebelejaran kejuruan / vokasi.
Nama dosen pengampu : Dr Hendra Jaya, M.Pd
Nama Mata kuliah :
Teori straegi Pembelajaran PTK
Nama :
Mifta Zulfahmi Muassar
S2 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Negeri Makassar
Pendahuluan
Pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang
merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk
bekerja secara produktif. Pendidikan kejuruan dirancang
untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan/kecakapan, pemahaman, sikap,
kebiasaan-kebiasaan kerja, dan apresiasi yang diperlukan oleh pekerja dalam
mamasuki pekerjaan dan membuat kemajuan-kemajuan dalam pekerjaan penuh makna
dan produktif (Adhikary,
P.K.,2005). Menurut
Pavlova (2009) tradisi dari pendidikan kejuruan adalah menyiapkan siswa untuk
bekerja. Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang mengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan
tertentu (PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3).
Fungsi
pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain
meliputi:
1. Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
2. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
3. Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang
berpenghasilan (produktif).
Sedangkan
sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan tugasnya secara
cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:
1. Ilmu atau teori yang sistematis,
2. Kewenangan professional yang diakui oleh klien,
3. Sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya
dan
4. Kode etik yang regulative.
Selanjutnya,
menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:
1. Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan
kemajuan IPTEK.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri
secara berkelanjutan
Prinsip
pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai generalisasi untuk menyiapkan dan
menjadi arahan untuk program dan konstruksi kurikulum, evaluasi, pemilihan
praktik instruksional, dan pengembangan kebijakan.Dengan kata lain: para
praktisi pendidikan kejuruan dapat merencanakan/membuat program dan kurikulum
pendidikan, evaluasi, dan proses pembelajaran maupun kebijaksanaan lain yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan dan
perkembangan zaman atau IPTEK. Prinsip-prinsip kontemporer pendidikan
kejuruan mencerminkan praktik sukses dari masa lalu dan reinterpretasi dari
prinsip-prinsip ini untuk memenuhi kebutuhan perubahan zaman.
Barlow
(1974) mengemukakan 7 prinsip pendidikan kejuruan:
1. Dikembangkan dan diselenggarakan untuk warganegara
2. Disediakan melalui pendidikan secara umum
3. Membuat variabel pendidikan kejuruan untuk semua
4. Integrasikan teori dan praktek di dalam pendidikan kejuruan
5. Melibatkan pemberi kerja di (dalam) program kejuruan
6. Melibatkan pemerintah secara umum di (dalam) pendidikan
kejuruan di (dalam) area penetapan standard diinginkan dan pemerintah
menyediakan dana untuk program
7. Menyediakan penguasaan belajar (mastery learning) dan instruksi
secara individual.
Berdasarkan
pemikiran para philosopher realisme dan pragmatisme, rumusan prinsip dasar
pendidikan vokasi dapat dinyatakan sebagaimana dirumuskan Miller (1985) bahwa dalam penyelenggaraan
pendidikan vokasi terdapat tiga prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu : people, program, dan proses.
Prinsip-prinsip
yang dikemukan oleh Miller tersebut sesuai dengan pemikiran Prosser yang
diwujudkan dengan 16 landasan filasafat (teori Prosser) dalam pendidikan vokasi
yaitu filosofi prinsip dasar pendidikan vokasi dapat dirumuskan bahwa interaksi
peserta didik dengan lingkungan yang serupa/ mirip dengan dunia kerja merupakan
bentuk metafisika dan prinsip dasar peserta didik dalam pendidikan vokasi,
proses belajar mengajar yang dilakukan
baik teori maupun praktik merupakan bentuk epistimologi dan prinsip program,
dan memberi pengalaman belajar sesuai dengan situasi kerja merupakan bentuk
axiologi dan prinsip proses.
Kajian
pustaka.
Perkembangan zaman menuntut pembinaan
sumber daya manusia yang berkualitas. Daya saing Indonesia dalam menghadapi
persaingan antar negara maupun perdagangan bebas sangat ditentukan oleh outcome
dari pembinaan SDM-nya. Salah satu upaya negara dalam pemenuhan SDM level
menengah yang berkualitas adalah pembinaan pendidikan kejuruan. Rumusan arti
pendidikan kejuruan sangat bervariasi. Menurut Rupert Evans (1978), pendidikan
kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar
lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan
daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Menurut penjelasan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah
yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah
Kejuruan.(https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Belajar
atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan
kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk
menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan
ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa,
negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang
efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar
mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah
beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan. (http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html).
Model Sekolah.
Pada
model ini pembelajaran dilaksanakan sepenuhnya di sekolah. Model ini berasumsi
bahwa segala hal yang terjadi di tempat kerja dapat diajarkan di sekolah dan
semua sumber belajar ada di sekolah. Model ini banyak di adopsi di Indonesia
sebelum Repelita VI (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Model Magang
Pada model ini pembelajaran
dasar-dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah dan inti kejuruannya diajarkan di
industri melalui sistem magang. Model ini banyak diadopsi di Amerika Serikat. (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Model Sistem Ganda
Model ini merupakan kombinasai
pemberian pengalaman belajar di sekolah dan pengalaman kerja di dunia usaha.
Dalam sistem ini sistem pembelajaran tersistem dan terpadu dengan praktik kerja
di dunia usaha/industri. (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Model School-based
Enterprise
Model ini di Indonesia dikenal dengan
unit produksi. Modul ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di
sekolahnya dengan maksud sesain untuk menambah penghasilan sekolah, juga untuk
memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya. Model ini
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan sekolah kepada industri. (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Sehingga
di dalam proses pembelajaran membutuhkan suatu konsep yang sangat terstruktur
untuk menghasilkan output yang diinginkan, selama proses pembelajaran siswa
sangat di tuntut untuk focus dalam melakukan proses pembelajaran maka dari itu sangat di perlukan
suatu prorses pembelajaran yang bukan hanya baik serta efektif tetapi juga
tidak membosankan. Lebih lanjut para tenaga pengajar juga hatus kreatif dalam
proses pembelajaran agar dapat menariik minat siswa selama kegiatan pembelajan,
Terkhusus
di bidang sekolah vokasi ataupun kejuruan yang dimana para siswa melakukan kegiatan praktek yang lebih
dominan jika dibanding dengan sekolah umum. Menurut DR Charles Allen Prossen (1871 – 1952 ) seorang praktisi dan akademisi Amerika Serikat yang
sering di anggap sebgaia baapak
pendidikan kejuruan, menulis 16
pemikiran pendidikan kejuruan yang salah
satunya mengatkan bahwa “ pendidikan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam
penerapan ketermpilan dan pengetahuan
pada proses kerja yang akan
dilakukan”. Hal ini menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran di kejuruan di
butuhkan guru yang mempunyai pengalaman tidak
hanya dalam segi teori tetapi juga dalam pengalaman dalam megimplementasikan
suatu proses pembelajaran berdasarkan keterampilan dan pengetahuan.
Terkait
dengan salah dari 16 pemikiran pendidikan
kejuruan yang diatas guru pun dituntut untuk dapat mengembangkan suatu
proses pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, tidak hanya
itu para guru yang akan melakukan proses pembeljaran di sekolah kejuruan atau
vokasi harus mempunyai kapasitas dalam hal mentransfer keahliannya kepada para
peserta didik namun bukan hal itu, para tenaga pengajar juga harus dapat melihat kondisi ataupun
situasi baik di kelas terlebih lagi di laboratirium selama kegiatan praktek
yang sangat membutuh konsentrasi selama proses pembelajaran.
B.
Tujuan Pendidikan Kejuruan.
Pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan
tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan
bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program - program pendidikan
yang disesuaikan dengan jenis - jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor
29 Tahun 1990).
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah di jenjang
pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang - undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).
SMK
memiliki banyak program keahlian. Program keahlian yang dilaksanakan di SMK
menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Program keahlian pada
jenjang SMK juga menyesuaikan pada permintaan masyarakatdan pasar.
Pendidikan
kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
agar siap bekerja dalam bidang tertentu.Peserta didik dapat memilih bidang keahlian
yang diminati di SMK.
Kurikulum
SMK dibuat agar peserta didik siap untuk langsung bekerja di dunia kerja. Muatan
kurikulum yang ada di SMK disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan
yang berarti ketika masuk di dunia kerja. Dengan masa studi sekitar tiga atau
empat tahun, lulusan SMK diharapkan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahlian
yang telah ditekuni. Tujuan pendidikan menengah kejuruan
menurut
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003, terbagi
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan
adalah : (a) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan
Yang Maha Esa; (b) mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi warga Negara yang
berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung
jawab; (c) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,
memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan
potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan
secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta
memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
Tujuan
khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta
didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan
peserta
didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi
di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian
yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik
dengan kompetensi -kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
C
. Teori pembelajaran kejuruan / Vokasi.
Dalam
dunia pendidikan vokasi / kejuruan terdapat beberapa model pembelajaran yang
diterapkan oleh para tenga pengajar yang bertujuan untuk peningkaatn kualitas
ataupun output dari siswa SMK.
Menurut
Dewey ( 1859 – 1952 ), pendidikan merupakan all one with growing ; it has no
end beyond it self, sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif.
Selain selalu on going process, Model pendidikan partisipatif bertumpu pada
nilai-nilai demokratis, partisipasi, pluralisme dan liberalisme. Sehingga di
Amerika yang merupakan penganut filsafat Dewey, falsafah pendi-dikannya lebih mementingkan
kebebasan indvidu. Sehinga dalam proses pemebelajan dibutuhkan proses
kontiyuitas yang melinat siswa ataupun
tenaga pengajar, dimana kontinyuitas yang di maksud Adalah on going proses artinya
siswa yang telah melakuan pembelajaran baik di kelas maupun di laboratorium
siswa di runtut agar dapat mengulang materi ataupun bahan ajar yang telah di dapat
dalam proses pembelajaran, on going proses juga dilakukan bukan hanya selama
proses mengajar tetapi meneitik beratkan pada hal proses yang dilaksanakan
siswa pada saat ataupun diluar proses pembelajaran.
Disamping
itu adapun model – model pembelajaran yang dapat di terapkan dalam proses
pembelajan.
-
Metode Pemecahan Masalah
(Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
-
Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
-
Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak
-
Picture and
Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
-
Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
-
Metode
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. (http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. (http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html)
Sedangkan
menurut Ns. Roymond H. Simamora M. Kep, menyatakan bahwa salah satu hal yag
sangat penting dalam proses pembelajaran adalah performance seorang guru di
kelas, hal ini diartikan bahwa performance seorang guru selama proses
pembelajran dapat meningkatkan minat siswa dalam proses pempelajaran. Performance
yang di maksud disini adalah cara penyampaian seornag guru terhadap muridnya
serta penampilan seorang guru dalam hal penampilan.
Metode
pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora :
- Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas
bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh
Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode
ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
-
Metode
pembelajaran diskusi
adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi
saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran
yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif
(Gagne & Briggs. 1979: 251).
-
Metode
pembelajaran demontrasi
merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya?
Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi
sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
-
Metode
Pembelajaran Ceramah Plus
adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode
ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus,
diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
-
Metode
latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,
fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode
latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis
pada peserta didik.
Daftar
pustaka
-
(https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan
“ di akses pada tanggal 23 feb 2017”)
-
(http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html di akses pada tanggal 23 feb 2017”).
-
(https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan
di akses pada tanggal 23 feb 2017”)
-
(PP
29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3).
-
Undang
- Undang Nomor 20 Tahun 2003
Makasih atas referensinya. Mudah-mudahan bermanfaat..
BalasHapusGood,thanks kak atas ilmunya 😊😊😊
BalasHapusMakasih atas kajiannya
BalasHapusWah menginspirasi sekali kak
BalasHapusDitunggu next chapternya��
Asal bukan jokowi
BalasHapus