Perlunya teori belajar di dalam proses pemebelejaran kejuruan / vokasi.



Perlunya teori belajar di dalam proses pemebelejaran kejuruan / vokasi.
Nama dosen pengampu     : Dr Hendra Jaya, M.Pd
Nama Mata kuliah               : Teori straegi Pembelajaran PTK
Nama                                     : Mifta Zulfahmi Muassar
S2 Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Makassar                   
Pendahuluan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif. Pendidikan kejuruan dirancang untuk mengembangkan keterampilan, kemampuan/kecakapan, pemahaman, sikap, kebiasaan-kebiasaan kerja, dan apresiasi yang diperlukan oleh pekerja dalam mamasuki pekerjaan dan membuat kemajuan-kemajuan dalam pekerjaan penuh makna dan produktif (Adhikary, P.K.,2005). Menurut Pavlova (2009) tradisi dari pendidikan kejuruan adalah menyiapkan siswa untuk bekerja. Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang mengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3).

Fungsi pendidikan kejuruan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif antara lain meliputi:
1.   Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
2.   Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
3.   Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan (produktif).
Sedangkan sebagai tenaga kerja professional siswa mampu mengerjakan tugasnya secara cepat, tepat dan effisien yang didasarkan pada unsur-unsur berikut:
1.   Ilmu atau teori yang sistematis,
2.   Kewenangan professional yang diakui oleh klien,
3.   Sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan kewenangannya dan
4.   Kode etik yang regulative.
Selanjutnya, menyiapkan siswa menguasai IPTEK dimaksudkan agar siswa:
1.   Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK.
2.   Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan

Prinsip pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai generalisasi untuk menyiapkan dan menjadi arahan untuk program dan konstruksi kurikulum, evaluasi, pemilihan praktik instruksional, dan pengembangan kebijakan.Dengan kata lain: para praktisi pendidikan kejuruan dapat merencanakan/membuat program dan kurikulum pendidikan, evaluasi, dan proses pembelajaran maupun kebijaksanaan lain yang dikembangkan berdasarkan kepentingan dan  perkembangan zaman atau IPTEK. Prinsip-prinsip kontemporer pendidikan kejuruan mencerminkan praktik sukses dari masa lalu dan reinterpretasi dari prinsip-prinsip ini untuk memenuhi kebutuhan perubahan zaman.
Barlow (1974) mengemukakan 7 prinsip pendidikan kejuruan:
1.   Dikembangkan dan diselenggarakan untuk warganegara
2.   Disediakan melalui pendidikan secara umum
3.   Membuat variabel pendidikan kejuruan untuk semua
4.   Integrasikan teori dan praktek di dalam pendidikan kejuruan
5.   Melibatkan pemberi kerja di (dalam) program kejuruan
6.   Melibatkan pemerintah secara umum di (dalam) pendidikan kejuruan di (dalam) area penetapan standard diinginkan dan pemerintah menyediakan dana untuk program
7.   Menyediakan penguasaan belajar (mastery learning) dan instruksi secara individual.

Berdasarkan pemikiran para philosopher realisme dan pragmatisme, rumusan prinsip dasar pendidikan vokasi dapat dinyatakan sebagaimana dirumuskan  Miller (1985) bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan vokasi terdapat tiga prinsip  dasar  yang perlu diperhatikan, yaitu : people, program, dan  proses.
Prinsip-prinsip yang dikemukan oleh Miller tersebut sesuai dengan pemikiran Prosser yang diwujudkan dengan 16 landasan filasafat (teori Prosser) dalam pendidikan vokasi yaitu filosofi prinsip dasar pendidikan vokasi dapat dirumuskan bahwa interaksi peserta didik dengan lingkungan yang serupa/ mirip dengan dunia kerja merupakan bentuk metafisika dan prinsip dasar peserta didik dalam pendidikan vokasi, proses belajar mengajar  yang dilakukan baik teori maupun praktik merupakan bentuk epistimologi dan prinsip program, dan memberi pengalaman belajar sesuai dengan situasi kerja merupakan bentuk axiologi dan prinsip proses.










Kajian pustaka.
Perkembangan zaman menuntut pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas. Daya saing Indonesia dalam menghadapi persaingan antar negara maupun perdagangan bebas sangat ditentukan oleh outcome dari pembinaan SDM-nya. Salah satu upaya negara dalam pemenuhan SDM level menengah yang berkualitas adalah pembinaan pendidikan kejuruan. Rumusan arti pendidikan kejuruan sangat bervariasi. Menurut Rupert Evans (1978), pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan.(https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan. Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan. (http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html).
Model Sekolah.
Pada model ini pembelajaran dilaksanakan sepenuhnya di sekolah. Model ini berasumsi bahwa segala hal yang terjadi di tempat kerja dapat diajarkan di sekolah dan semua sumber belajar ada di sekolah. Model ini banyak di adopsi di Indonesia sebelum Repelita VI (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)

Model Magang
Pada model ini pembelajaran dasar-dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah dan inti kejuruannya diajarkan di industri melalui sistem magang. Model ini banyak diadopsi di Amerika Serikat. (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Model Sistem Ganda
Model ini merupakan kombinasai pemberian pengalaman belajar di sekolah dan pengalaman kerja di dunia usaha. Dalam sistem ini sistem pembelajaran tersistem dan terpadu dengan praktik kerja di dunia usaha/industri. (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Model School-based Enterprise
Model ini di Indonesia dikenal dengan unit produksi. Modul ini pada dasarnya adalah mengembangkan dunia usaha di sekolahnya dengan maksud sesain untuk menambah penghasilan sekolah, juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya. Model ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan sekolah kepada industri. (https://psmk.kemdikbud.go.id/konten/1869/konsep-pembelajaran-di-sekolah-menengah-kejuruan)
Sehingga di dalam proses pembelajaran membutuhkan suatu konsep yang sangat terstruktur untuk menghasilkan output yang diinginkan, selama proses pembelajaran siswa sangat di tuntut untuk focus dalam melakukan proses  pembelajaran maka dari itu sangat di perlukan suatu prorses pembelajaran yang bukan hanya baik serta efektif tetapi juga tidak membosankan. Lebih lanjut para tenaga pengajar juga hatus kreatif dalam proses pembelajaran agar dapat menariik minat siswa selama kegiatan pembelajan,
Terkhusus di bidang sekolah vokasi ataupun kejuruan yang dimana para  siswa melakukan kegiatan praktek yang lebih dominan jika dibanding dengan sekolah umum. Menurut DR Charles Allen Prossen  (1871 – 1952 ) seorang  praktisi dan akademisi Amerika Serikat yang sering di anggap  sebgaia baapak pendidikan kejuruan,  menulis 16 pemikiran pendidikan  kejuruan yang salah satunya mengatkan bahwa “ pendidikan akan efektif  jika gurunya  telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan ketermpilan dan pengetahuan  pada proses kerja  yang akan dilakukan”. Hal ini menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran di kejuruan di butuhkan guru yang mempunyai pengalaman  tidak hanya dalam segi teori tetapi juga dalam pengalaman dalam megimplementasikan suatu proses pembelajaran berdasarkan keterampilan dan pengetahuan.
Terkait dengan salah dari 16 pemikiran pendidikan  kejuruan yang diatas guru pun dituntut untuk dapat mengembangkan suatu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, tidak hanya itu para guru yang akan melakukan proses pembeljaran di sekolah kejuruan atau vokasi harus mempunyai kapasitas dalam hal mentransfer keahliannya kepada para peserta didik namun bukan hal itu, para tenaga pengajar  juga harus dapat melihat kondisi ataupun situasi baik di kelas terlebih lagi di laboratirium selama kegiatan praktek yang sangat membutuh konsentrasi selama proses pembelajaran.
B. Tujuan Pendidikan Kejuruan.  
Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program - program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis - jenis lapangan kerja (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang - undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).

SMK memiliki banyak program keahlian. Program keahlian yang dilaksanakan di SMK menyesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Program keahlian pada jenjang SMK juga menyesuaikan pada permintaan masyarakatdan pasar.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama agar siap bekerja dalam bidang tertentu.Peserta didik dapat memilih bidang keahlian yang diminati di SMK.

Kurikulum SMK dibuat agar peserta didik siap untuk langsung bekerja di dunia kerja. Muatan kurikulum yang ada di SMK disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang ada. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan yang berarti ketika masuk di dunia kerja. Dengan masa studi sekitar tiga atau empat tahun, lulusan SMK diharapkan mampu untuk bekerja sesuai dengan keahlian yang telah ditekuni. Tujuan pendidikan menengah kejuruan
menurut Undang - Undang  Nomor 20 Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah : (a) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b)  mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab; (c) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.

Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan
peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di  kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi -kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

C . Teori pembelajaran kejuruan / Vokasi.

Dalam dunia pendidikan vokasi / kejuruan terdapat beberapa model pembelajaran yang diterapkan oleh para tenga pengajar yang bertujuan untuk peningkaatn kualitas ataupun output dari siswa SMK.

Menurut Dewey ( 1859 – 1952 ), pendidikan merupakan all one with growing ; it has no end beyond it self, sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif. Selain selalu on going process, Model pendidikan partisipatif bertumpu pada nilai-nilai demokratis, partisipasi, pluralisme dan liberalisme. Sehingga di Amerika yang merupakan penganut filsafat Dewey, falsafah pendi-dikannya lebih mementingkan kebebasan indvidu. Sehinga dalam proses pemebelajan dibutuhkan proses kontiyuitas  yang melinat siswa ataupun tenaga pengajar, dimana kontinyuitas yang di maksud Adalah on going proses artinya siswa yang telah melakuan pembelajaran baik di kelas maupun di laboratorium siswa di runtut agar dapat mengulang materi ataupun bahan ajar yang telah di dapat dalam proses pembelajaran, on going proses juga dilakukan bukan hanya selama proses mengajar tetapi meneitik beratkan pada hal proses yang dilaksanakan siswa pada saat ataupun diluar proses pembelajaran.
Disamping itu adapun model – model pembelajaran yang dapat di terapkan dalam proses pembelajan.
-       Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
-       Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
-       Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak
-       Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.
-       Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
-       Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. (http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html)

Sedangkan menurut Ns. Roymond H. Simamora M. Kep, menyatakan bahwa salah satu hal yag sangat penting dalam proses pembelajaran adalah performance seorang guru di kelas, hal ini diartikan bahwa performance seorang guru selama proses pembelajran dapat meningkatkan minat siswa dalam proses pempelajaran. Performance yang di maksud disini adalah cara penyampaian seornag guru terhadap muridnya serta penampilan seorang guru dalam hal penampilan.
Metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora :
-       Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
-       Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
-       Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
-       Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
-       Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
Daftar pustaka
-       (http://nadhirin.blogspot.co.id/2008/08/metode-pembelajaran-efektif.html di akses pada tanggal 23 feb 2017”).
-       (PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3).
-       Undang - Undang  Nomor 20 Tahun 2003




  

5 komentar:

Pages